PERHATIAN
!!! Cerita ini hanyalah fiktif belaka, jika ada kesamaan tempat dan kejadian
harap dimaafkan :D kalau ada komentar dan lain sebagainya, bisa langsung
mengisi kolom komentar. Terimakasih banyak AL.HAM.DU.LI.LAH, kalian luar biasa
:P
--
What?? Yang lain masih dirumah sedangkan gue udah sampe
di stasiun. Huf.. Gumamku saat membaca beberapa pesan digrup. Hari ini untuk kali yang
kesekian, lagi lagi aku harus menunggu. Duh.... betapa menjemukannya kata itu,
tapi aku harus melaluinya, suka ataupun tidak.
Stasin
Depok Lama. Ditempat yang seramai ini, sendirian, menunggu adalah satu hal yang
amat sangat menyebalkan. Rasanya hilang sudah semua semangat hari itu, tapi
lagi lagi aku harus melaluinya, suka ataupun tidak. Oke, hari ini akan ada sesuatu. Gue yakin ini gak akan siasia karna Dia
sudah mentakdirkan hari ini buat gue, sipp lah. Ujarku meyakinkan diri.
Keluar
dari gerbong khusus wanita, paling depan. Mataku mencari cari celah kosong pada
besi panjang yang mirip bangku khas abang bakso pinggir jalan. Berjalan dengan
langkah gontai, lurus terus menelurusi lorong peron dan dapat. Segera ku ambil
HP dari dalam tas lalu membuka apa saja guna meleyapkan rasa sebal.
Terilllinggg...... suara pesan
grup masuk berikut dengan getarannya.
“ Mba Sal, aku masih di Tol,
kena maceettttt T_T”
“ loh kamu kenapa Jeung? Emang
kamu mau kemana?”
“ aku mau camping Mba Sal,
kalau kaya gini, rasanya mau pulang ajaaaaa” masih dengan imot kejernya pesan itu kembali sampai dilayar HP-ku.
Terilllinnggg.... beberapa
gambar kemudian mewakili situasi yang dimaksud oleh Jeung. Kemacetan yang cukup
panjang dan tanpa ruas.
Teriiilingggg... satu dua pesan
berikutnya menyapa lagi, dan lagi. Percakapan kami dimulai, grup memang cukup
ramai kalau sudah dimulai oleh Jeung. Dia cukup mampu untuk menghidupkan
suasana. Dengan gaya cengengesan khasnya, dengan canda dan kalimat kalimat
lucunya, grup jadi berasa ‘hidup’. Jeung adalah teman kami yang paling mungil,
sebut saja demikian :P
Sepuluh menit berlalu dan belum ada tanda tanda mereka akan
tiba dengan segera. Mengayunkan kaki sambil mendengarkan lagu jadi pilihan
terakhirku. Biarlah orang ramai berlalu lalang diperon ini. Satu dua kereta
dari arah Bogor-Jakarta juga silih berganti. Tapi aku tak mau terganggu dengan
keramaian lagi. Konsentrasiku kini berpusat pada tiap lirik yang sedang ku
dengar.
Teriilllinnnggggg.... pesan chat grup berikut getarnya
telah mendarat dilayar HP-ku
“ Du, jadi ikutkan ? kalau lu
ikut, gue juga ikut nih. Bentar lagi mau jalan” sapa Hamdan pada Abdu. Sejurus
kemudian yang membalas justru si Jeung. Du yang dinanti malah tak keliatan
batang hidungnya, eh maksudnya pesan singkatnya :P
“ Mba Sal ikut?” lanjut Mas Ham
“ Saya sudah di tekape Mas”
“ Sal..... Maaf, kami
terlambat. Ini masih di stasiun antah barantah (Bogor). Sabar yaa Sal J”
“ sippp Mba Li, aku siap
menanti”
Heiii.... aku tau aku tidak
sepenuhnya siap menanti. Dipojok kanan atas terlihat angka yang berjejer rapi
dengan manisnya, seolah menyapaku kembali dengan penuh ledekan. Pukul 10.34.
Sudah 45 Menit berlalu dari jadwal janjian kita. Kalau boleh aku berkata,
kalian sungguh terlalu AL.HAM.DU.LI.LAH. Tapi tidak, kalimat itu rasanya
seperti tertahan dijemariku.
“ OMG, Mba Sal sudah di Stasiun
Depok lama sejak 1 jam yang lalu?”
“mungkin” balas ku singkat
saja.
“ Iyaaa kaa..... Sudah 1 jam
yang lalu. Ka Ham sudah dimana posisinya, saya sama Al nih”
“ oke saya siap siap sekarang.
Dari Kalibata segera meluncur kesana ya. Du.... Kau jadi ikut tidak?”
“ tes” balas Du sekilas lalu menghilang lagi. Masih
tak ada tanda tanda meng-iya-kan atau tidak.
Teriiilllinnggg...... mendarat
lagi.
Kali
ini pesan berbeda ku dapat dari grup tetangga. Sekilas saja ku lihat lalu jari
ku dengan lincah melompat kehalaman berikutnya. F, sebuah tanda untuk
menggambarkan inisial suatu akun media sosial. Aku membukanya, hendak ingin
menuliskan sesuatu tapi enggan.
Membaca
status yang berkeliaran di beranda lalu beberapa ku beri jempol tanda suka pada
isi dari status tersebut, yang lainnya hanya ku biarkan berlalu. Kembali ku
intip sisi pojok kanan atas layar HP. Pukul 11.10. “Untung tidak di usir dari stasiun ini karena sudah cukup lama duduk
tanpa beranjak sedikitpun”.
Ya
ampun kalian lama syekaliii.... satu album sudah ku dengar habis, tapi kalian
masih belum nampak juga.
Dipp... dip.... dip... kali ini
bunyi pertanda telpon masuk. Ku lirik layar HP
Mba Li.
“ Iya Mba Li..”
“ Assalamu’alaikum Sal, kamu
dimana. Nih kita sudah sampai di Stasiun Depok Lama. Sudah ada dipintu keluar
ya, Sal”
“ Oke Mba Li, aku segera
kesana. Aku masih diperon”
Nutt......
Beranjak dari besi panjang yang ‘nyaman’, aku membalikkan
badan. Dan masih mencari cari seseorang atau beberapa orang yang kukenal. Turun,
menyelip diantara banyak orang dari
arah berlawanan. Aku hendak meninggalkan peron dan besi panjang ‘nyaman’ itu
menuju sosok yang sedang menantiku di ujung pintu keluar. Mereka melambaikan
tangan pertanda telah melihatku. Ku balas dengan senyum lalu mempercepat
langkah.
“ Alhamdulillah, Maaf Sal, jadi
menunggu lama. Apa kabar ?” tanya Mba Jamilah yang pertama kali ku sambar
uluran tangannya.
“ alhamdulillah baik Mba Lah”
Yang lain juga menyalami ku,
termasuk si Al. Satu satunya Laki laki yang bersama Mba Li dan Lah. Tanpa
banyak basa basi kami melanjutkan perjalanan.
“ mau kemana kita?” tanya ku
sesaat
“ yang penting keluar dulu lah.
Cari sesuatu untuk Mba Yu” jelas Mba Li
Kami berempat lalu keluar
menuju toko yang menyediakan berbegai keperluan bayi. Kiri kanan sepanjang
jalan sepertinya tidak ada toko yang kami maksud.
“ aku mau ke ATM dulu Mba” ujar
Mba Lah disela sela keheningan yang tercipta. Hening lantaran mata kami begitu
fokus pada tiap toko yang berjejer disepanjang jalan itu. Al berjalan memimpin,
di lihatnya kiri dan kanan lagi.
Di
ujung jalan, pada sisi sebelah kanan, cuma satu toko yang kami tuju, Al**.
Minimarket yang biasanya menyediakan pelbagai kebutuhan pun termasuk
perlengkapan baby yang kami butuhkan. Mba Lah ke ATM dan kami bertiga masuk ke
toko itu. mencari apa saja yang bisa kami jadikan buah tangan untuk menjenguk
Mba Yu di RS usai melahirkan.
Teriiilllinnggg...... [lagi]
“ haloo, kalian dimana. Saya
sudah di Depok baru menuju masa lalu, Depok Lama”
“ iya Mas, kami sudah disini,
toko Al**” balas ku.
Al dan Mba Li masih sibuk
mencari cari. Mba Lah kemudian menemani usai dari ATM.
Teriiilllinnggg...... [lagi]
“ masih mau menunggu? Saya
sudah di pasar minggu, sepertinya telat sekali. Mohon maaf” pesan Mas Du
terbaca.
“masih” balasku.
Du,
sepertinya orang ini sangat bersahabat dengan kata ‘TERLAMBAT’. Aku baru
mengenalnya beberapa pekan, atau mungkin bulan atau mungkin tidak pernah benar
benar mengenal orang ini. Dan dia jadi satu satunya orang paling menyebalkan
hari itu.
Aku
sudah menunggu lebih dari dua jam dan harus menunggu lagi karna Mas Du ini. ya
ampun.... speechless.
“ sampai. Saya sudah di Depok
Lama” pesan Mas Ham kembali terbaca.
“ kenapa gak di Depok Baru
aja?” lanjutnya masih dalam pesan di grup.
“ lama adalah kenang. Banyak
yang melupakan. Bahkan jengah menggunakan. *opo iki” Balasan Mba li menyusul.
Kami berempat berada di ruangan yang sama tapi masih menggunakan chat grup
untuk bercakap. Terutama aku dan Mba Li yang siap dengan obrolan grup.
“ siap grakkk... menuju ke
pintu keluar” lapor Mba Li
Kami kembali menuju pintu keluar Stasiun Depok Lama.
Bertemu.
Singkat cerita, akhirnya hanya
tinggal satu orang yang kami tunggu, Mas Du. Suara adzan zuhur sudah mulai
terdengar. Namun tetap saja Mas Du itu belum juga muncul. Mba Li, Mba Lah dan
aku memutuskan untuk kembali keluar stasiun dan mencari masjid. Tinggallah bersama
Mas Ham si Al.
“ Kang Du posisi dimana?” Tanya
Mas Ham di grup.
“ Sudah di Ndepok Mbaru”
Akhirnya.
#to be continued