Minggu, 14 September 2014

menunggu [lagi]



PERHATIAN !!! Cerita ini hanyalah fiktif belaka, jika ada kesamaan tempat dan kejadian harap dimaafkan :D kalau ada komentar dan lain sebagainya, bisa langsung mengisi kolom komentar. Terimakasih banyak AL.HAM.DU.LI.LAH, kalian luar biasa :P
--
What?? Yang lain masih dirumah sedangkan gue udah sampe di stasiun. Huf.. Gumamku saat membaca beberapa pesan digrup. Hari ini untuk kali yang kesekian, lagi lagi aku harus menunggu. Duh.... betapa menjemukannya kata itu, tapi aku harus melaluinya, suka ataupun tidak.
Stasin Depok Lama. Ditempat yang seramai ini, sendirian, menunggu adalah satu hal yang amat sangat menyebalkan. Rasanya hilang sudah semua semangat hari itu, tapi lagi lagi aku harus melaluinya, suka ataupun tidak. Oke, hari ini akan ada sesuatu. Gue yakin ini gak akan siasia karna Dia sudah mentakdirkan hari ini buat gue, sipp lah. Ujarku meyakinkan diri.  
Keluar dari gerbong khusus wanita, paling depan. Mataku mencari cari celah kosong pada besi panjang yang mirip bangku khas abang bakso pinggir jalan. Berjalan dengan langkah gontai, lurus terus menelurusi lorong peron dan dapat. Segera ku ambil HP dari dalam tas lalu membuka apa saja guna meleyapkan rasa sebal.
Terilllinggg...... suara pesan grup masuk berikut dengan getarannya.
“ Mba Sal, aku masih di Tol, kena maceettttt T_T”
“ loh kamu kenapa Jeung? Emang kamu mau kemana?”
“ aku mau camping Mba Sal, kalau kaya gini, rasanya mau pulang ajaaaaa” masih dengan imot kejernya pesan itu kembali sampai dilayar HP-ku.
Terilllinnggg.... beberapa gambar kemudian mewakili situasi yang dimaksud oleh Jeung. Kemacetan yang cukup panjang dan tanpa ruas.
Teriiilingggg... satu dua pesan berikutnya menyapa lagi, dan lagi. Percakapan kami dimulai, grup memang cukup ramai kalau sudah dimulai oleh Jeung. Dia cukup mampu untuk menghidupkan suasana. Dengan gaya cengengesan khasnya, dengan canda dan kalimat kalimat lucunya, grup jadi berasa ‘hidup’. Jeung adalah teman kami yang paling mungil, sebut saja demikian :P
            Sepuluh menit berlalu dan belum ada tanda tanda mereka akan tiba dengan segera. Mengayunkan kaki sambil mendengarkan lagu jadi pilihan terakhirku. Biarlah orang ramai berlalu lalang diperon ini. Satu dua kereta dari arah Bogor-Jakarta juga silih berganti. Tapi aku tak mau terganggu dengan keramaian lagi. Konsentrasiku kini berpusat pada tiap lirik yang sedang ku dengar.
            Teriilllinnnggggg.... pesan chat grup berikut getarnya telah mendarat dilayar HP-ku
“ Du, jadi ikutkan ? kalau lu ikut, gue juga ikut nih. Bentar lagi mau jalan” sapa Hamdan pada Abdu. Sejurus kemudian yang membalas justru si Jeung. Du yang dinanti malah tak keliatan batang hidungnya, eh maksudnya pesan singkatnya :P
“ Mba Sal ikut?” lanjut Mas Ham
“ Saya sudah di tekape Mas”
“ Sal..... Maaf, kami terlambat. Ini masih di stasiun antah barantah (Bogor). Sabar yaa Sal J
“ sippp Mba Li, aku siap menanti”
Heiii.... aku tau aku tidak sepenuhnya siap menanti. Dipojok kanan atas terlihat angka yang berjejer rapi dengan manisnya, seolah menyapaku kembali dengan penuh ledekan. Pukul 10.34. Sudah 45 Menit berlalu dari jadwal janjian kita. Kalau boleh aku berkata, kalian sungguh terlalu AL.HAM.DU.LI.LAH. Tapi tidak, kalimat itu rasanya seperti tertahan dijemariku.
“ OMG, Mba Sal sudah di Stasiun Depok lama sejak 1 jam yang lalu?”
“mungkin” balas ku singkat saja.
“ Iyaaa kaa..... Sudah 1 jam yang lalu. Ka Ham sudah dimana posisinya, saya sama Al nih”
“ oke saya siap siap sekarang. Dari Kalibata segera meluncur kesana ya. Du.... Kau jadi ikut tidak?”
“ tes”  balas Du sekilas lalu menghilang lagi. Masih tak ada tanda tanda meng-iya-kan atau tidak.
Teriiilllinnggg...... mendarat lagi.
Kali ini pesan berbeda ku dapat dari grup tetangga. Sekilas saja ku lihat lalu jari ku dengan lincah melompat kehalaman berikutnya. F, sebuah tanda untuk menggambarkan inisial suatu akun media sosial. Aku membukanya, hendak ingin menuliskan sesuatu tapi enggan.
Membaca status yang berkeliaran di beranda lalu beberapa ku beri jempol tanda suka pada isi dari status tersebut, yang lainnya hanya ku biarkan berlalu. Kembali ku intip sisi pojok kanan atas layar HP. Pukul 11.10. “Untung tidak di usir dari stasiun ini karena sudah cukup lama duduk tanpa beranjak sedikitpun”.
Ya ampun kalian lama syekaliii.... satu album sudah ku dengar habis, tapi kalian masih belum nampak juga.
Dipp... dip.... dip... kali ini bunyi pertanda telpon masuk. Ku lirik layar HP
Mba Li.
“ Iya Mba Li..”
“ Assalamu’alaikum Sal, kamu dimana. Nih kita sudah sampai di Stasiun Depok Lama. Sudah ada dipintu keluar ya, Sal”
“ Oke Mba Li, aku segera kesana. Aku masih diperon”
Nutt......
            Beranjak dari besi panjang yang ‘nyaman’, aku membalikkan badan. Dan masih mencari cari seseorang atau beberapa orang yang kukenal. Turun, menyelip diantara banyak orang dari arah berlawanan. Aku hendak meninggalkan peron dan besi panjang ‘nyaman’ itu menuju sosok yang sedang menantiku di ujung pintu keluar. Mereka melambaikan tangan pertanda telah melihatku. Ku balas dengan senyum lalu mempercepat langkah.
“ Alhamdulillah, Maaf Sal, jadi menunggu lama. Apa kabar ?” tanya Mba Jamilah yang pertama kali ku sambar uluran tangannya.
“ alhamdulillah baik Mba Lah”
Yang lain juga menyalami ku, termasuk si Al. Satu satunya Laki laki yang bersama Mba Li dan Lah. Tanpa banyak basa basi kami melanjutkan perjalanan.
“ mau kemana kita?” tanya ku sesaat
“ yang penting keluar dulu lah. Cari sesuatu untuk Mba Yu” jelas Mba Li
Kami berempat lalu keluar menuju toko yang menyediakan berbegai keperluan bayi. Kiri kanan sepanjang jalan sepertinya tidak ada toko yang kami maksud.
“ aku mau ke ATM dulu Mba” ujar Mba Lah disela sela keheningan yang tercipta. Hening lantaran mata kami begitu fokus pada tiap toko yang berjejer disepanjang jalan itu. Al berjalan memimpin, di lihatnya kiri dan kanan lagi.
Di ujung jalan, pada sisi sebelah kanan, cuma satu toko yang kami tuju, Al**. Minimarket yang biasanya menyediakan pelbagai kebutuhan pun termasuk perlengkapan baby yang kami butuhkan. Mba Lah ke ATM dan kami bertiga masuk ke toko itu. mencari apa saja yang bisa kami jadikan buah tangan untuk menjenguk Mba Yu di RS usai melahirkan.
Teriiilllinnggg...... [lagi]
“ haloo, kalian dimana. Saya sudah di Depok baru menuju masa lalu, Depok Lama”
“ iya Mas, kami sudah disini, toko Al**” balas ku.
Al dan Mba Li masih sibuk mencari cari. Mba Lah kemudian menemani usai dari ATM.
Teriiilllinnggg...... [lagi]
“ masih mau menunggu? Saya sudah di pasar minggu, sepertinya telat sekali. Mohon maaf” pesan Mas Du terbaca.
“masih” balasku.
Du, sepertinya orang ini sangat bersahabat dengan kata ‘TERLAMBAT’. Aku baru mengenalnya beberapa pekan, atau mungkin bulan atau mungkin tidak pernah benar benar mengenal orang ini. Dan dia jadi satu satunya orang paling menyebalkan hari itu.
Aku sudah menunggu lebih dari dua jam dan harus menunggu lagi karna Mas Du ini. ya ampun.... speechless.
“ sampai. Saya sudah di Depok Lama” pesan Mas Ham kembali terbaca.
“ kenapa gak di Depok Baru aja?” lanjutnya masih dalam pesan di grup.
“ lama adalah kenang. Banyak yang melupakan. Bahkan jengah menggunakan. *opo iki” Balasan Mba li menyusul. Kami berempat berada di ruangan yang sama tapi masih menggunakan chat grup untuk bercakap. Terutama aku dan Mba Li yang siap dengan obrolan grup.
“ siap grakkk... menuju ke pintu keluar” lapor Mba Li
            Kami kembali menuju pintu keluar Stasiun Depok Lama. Bertemu.
Singkat cerita, akhirnya hanya tinggal satu orang yang kami tunggu, Mas Du. Suara adzan zuhur sudah mulai terdengar. Namun tetap saja Mas Du itu belum juga muncul. Mba Li, Mba Lah dan aku memutuskan untuk kembali keluar stasiun dan mencari masjid. Tinggallah bersama Mas Ham si Al.
“ Kang Du posisi dimana?” Tanya Mas Ham di grup.
“ Sudah di Ndepok Mbaru”
Akhirnya.
           
#to be continued



Kamis, 11 September 2014

betapa oh, yaa begitulah

betapa dan betapa
hari ini serupa kisah yang jadi buah bibir di ramainya lalu lalang.
Ketika Mas Gagah Pergi..

ini jelas bukan sebuah review untuk kisah KMGP. ku tulis ini hanya untuk mengingatkan betapa dan betapa berartinya hari hari yang ku lalui. Sebut saja hari ini adalah Kamis, yang sedang bersiap menuju Jum'at yang barokah. Di tiap kisah yang special, Kamis selalu ada disana. Siap membungkusnya menjadi kado yang indah. oh tidak... ternyata bukan hanya Kamis yang punya hadiah special itu. Masih menuju Jum'at, rupanya sudah menetap sedari tadi Rabu dan Selasa. Bersamanya hadir menanti seorang diri si Senin yang nampak sudah lusuh, berantakan. Mungkin habis kejebak macet. . hehe

Sebenarnya tidak hanya Kamis yang miliki segudang mimpi mimpi, masih menuju Jum'at yang barokah. Bahkan seperti kataku tadi, Rabu, Selasa dan Senin pun sudah menanti nanti. Keberhakan yang terjadi pada Jum'at tak pernah membuat iri Kamis dan kawan kawan. Mereka selalu akrab saling menanti. saling menunggu. dan saling saling yang lainnya/

Mereka sadar kalau tiap hal yang membersamai mereka adalah juga sesuatu yang special. Tidak ada iri saat Kamis meringis girang berbagi suka. Tidak pula ada yang menangis saat malam datang menuju Jum'at yang serupa Rabu, Selasa ataupun Senin. 

ada satu atau bahkan dua yang terlewat di hari ini. Sabtu, Minggu. Keduanya sering beradu rindu tapi tak melulu juga sii. Betapa dan betapa, oh lalu apa hubungannya antara KMGP dengan rentetan kalimat yang membersamainya kemudian?

Yaa jelas saja tidak ada, serupa bukan berarti sama kan? aku hanya ingin sampaikan betapa dan betapa. Itu saja, mungkinkah cukup untuk mewakili kata semisal yang tersemat lekat disisi kata KMGP tadi? kalau dirasa tidak, mungkin kelak saat bersua akan ku kabarkan semisal apa ia. Atau sudahlah lupakan saja kalimat pendahuluan aneh itu. Biasa saja toh? 

salam dariku,
penuh syukur
untuk mu yang berjumpa
di maya atau nyata.
rindu-

hibernasi-kembali

Dan....Kembalilah

setelah berlama lama dalam masa hibernasi akhir kata kita memang harus kembali. mengendurkan syaraf otak yang mulai rada tegang karena satu dan lain hal. meregangkan otot yang mulai kaku lantaran terlalu lama dipembaringan. Hibernasi itu baik, menina bobokan hampir seluruh anggota tubuh yang bergerak. Tapi kelamaan emang bikin pegel juga. Gak terasa sudah sekian lama meninggalkan kamar(blog) mungil ini dalam kondisi berantakan  yang super. 

oke. kita memang harus kembali. Melanjutkan lagi mimpi mimpi yang tak hanya dibangun saat hibernasi. Saat berjumpa dalam tiap rupa rupa wajah dibelantara Indonesia ini, aku bisa menikmati betapa hibernasi adalah pilihan paling tepat. Cukup menidurkan mulut mu untuk bercakap yang tak perlu. cukup menidurkan mata mu untuk melihat yang tak penting. cukup untuk menidurkan otakmu untuk berfikir yang tak guna. 

karna setelah kembali, bangun dari hibernasi yang kelamaan ini. Semua harus sudah oke untuk difungsikan lagi. menfilter apa apa yang kita jumpai, hingga yang keluar dari hati entah berbentuk ucapan atau tulisan adalah hal yang tidak menyakitkan. 
sekian dulu.
esok lusa dilanjutkan lagi.
cari inspirasi dlu yaa :D